Sudah hampir satu dekade lalu sang jawara tinju Indonesia, Chris John, memutuskan gantung sarung tinju. Setelah menjalani laga ke-52, The Dragon memutuskan pensiun dari olahraga yang telah membesarkan namanya. Dengan karakter yang dingin mematikan di atas ring, legacy petinju asal Banjarnegara ini dipastikan terus mewakili namanya sebagai legenda terbaik bangsa. Pemilik nama asli Yohannes Christian John menjadi juara dunia kelas bulu pertama dari tanah air. Ia pun menjadi sosok yang tak tergantikan ketika mengalahkan mantan raja kelas bulu WBA dan IBF, Juan Manuel Marquez.
Ketika menjadi legenda, tentu Chris John mewarisi pengalaman dunia—dimana tercatat sebagai petinju kedua terlama dalam kemenangan mempertahankan gelar juara sepanjang masa.
Melansir Wikipedia, Chris John mencatatkan diri dalam daftar petinju yang paling sering mempertahankan gelar juara dunia kelas bulu sepanjang masa sebanyak 10 kali. Sepanjang karirnya, The Dragon telah menjalani 52 pertandingan, dengan rincian fantastis, yakni 48 kali menang (22 KO), seri 3 kali, dan sekali menelan kekalahan.
Lalu, apa saja fakta yang bikin Chris John jadi legenda Tinju Dunia?
Selain memiliki pukulan cepat dan berbahaya, ia memiliki teknik tinggi untuk menghadapi lawan yang tangguh hingga memenangkan laga sulit bertanding away, lho. Yuk, cek fakta legenda Chris John di bawah ini.
Hallo, Fan! Sekarang bisa dapetin produk merchandise legacy/memorabilia resmi di Indonesia cuma di sini.
Nasionalis – Memperjuangkan Tinju Indonesia
Setelah pensiun, kini Chris John ingin kembali memperjuangkan kemerdekaan yang pernah diraih tinju Indonesia. Misi nasionalis khusus ini tengah diketahui publik dengan membuat organisasi bernama Chris John Indonesia. Dengan mengadakan event-event pertandingan, memanajemen petinju hingga melatih langsung teknik sang juara. Tujuan yang bukan hanya mengembalikan pamor tinju yang sedang mati suri, ia pun memiliki misi besar seperti meningkatkan taraf hidup petinju Indonesia secara ekonomi.
Chris John ingin berkontribusi memerdekakan pertinjuan profesional Indonesia untuk mendapat event pertandingan. Bukan hanya fokus di tinju amatir, tetapi event skala nasional dan internasional seperti SEA Games, Asian Games, dan Olimpiade.
Baca juga:
- Review Chris John, Legenda Tinju Indonesia
- 4 Versi Termahal Tinju Dunia
- Rekor Dunia Para Legenda Tinju Indonesia
Bagaimana cara dan rencananya?
Salah satunya dengan mengadakan event pertandingan reguler resmi bersama pemerintah dengan peduli terhadap kondisi tinju profesional di Indonesia. Kemudian siaran langsung—broadcasting pertandingan yang memadai seperti televisi atau platform digital bisa mengangkat value para petinju.
Teknik Agresif & Defensif - Petinju yang Bisa Ubah Gaya Bertarung
Setiap profesi pasti memiliki skill dan jam terbang untuk melengkapi mental dan cara bermain/bertandingnya. Sama halnya sang legenda dunia tinju Indonesia ini, diketahui Chris John memiliki gaya bertarung sesuai lawan yang dihadapinya. Kemampuannya itu telah diketahui pengamat pertandingan, dimana bila menghadapi lawan agresif—dia menggunakan teknik kuda-kuda dengan bahu menyamping. Sebaliknya ketika lawan defensif—dia melakukan teknik kuda-kuda dengan bahu sejajar.
Chris John merupakan tipe petinju yang masif menekan lawan sepanjang pertandingan. Meski begitu, ia selalu mewaspadai petarung jarak dekat untuk menghindari resiko. Berdasarkan rekaman pertandingan yang pernah dilalui—melawan petarung yang bertipe counter-boxer, tipe yang cenderung bertahan, menunggu lalu memukul, dan melancarkan pukulan balik. Dengan menggunakan teknik itu, Chris John dapat menilai kekuatan lawan dan memberikan perlawanan yang berkesan. Alhasil dia memenangkannya.
Pukulan Berbahaya – Bikin Bengkak Mata Petinju Jepang
Dengan rekor kemenangan fantastis yang dimilikinya tentu ada salah satu rekor kemenangan yang luar biasa. Dimana saat melakoni laga away di Jepang dan membungkam pengunjung tuan rumah dengan menghancurkan jagoan tinju negeri sakura tersebut. Kekuatan berbahaya The Dragon terjadi saat melawan Hiroyuki Enoki di Korakuen Hall, Tokyo, 24 Oktober 2008 silam. Dalam duel mempertahankan gelar juara dunia kelas bulu versi Asosiasi Tinju Dunia (WBA), Chris John tampil mengganas dengan pukulan telak ke arah wajah Enoki.
Dalam 12 ronde yang dilalui, praktis Chris John didapuk sebagai pemenang angka mutlak (117-111, 118-110, dan 118-110). Lebih dari itu, pukulan-pukulan yang mendarat itu membuat babak belur wakil Jepang, sehingga mata sebelah kiri tertutup oleh bengkak yang dihasilkan.
Balasan Tragis - Kelicikan dibalas Kemenangan
Kali ini tersaji pada laga melawan petinju asal Jepang, Satoshi Hosono yang mengalami pendarahan akibat luka robek di dahi dan pelipis. Karena darah yang terus mengucur, wasit Rafael Ramos memutuskan untuk menghentikan pertandingan. Meski hasilnya adalah seri, otomatis sang juara bertahan masih belum tergantikan.
Namun, ada indikasi kelicikan terjadi setelah pertandingan yang diyakini sang lawan bermain kotor. Menurut sang legenda, sarung tinju yang digunakan lawannya menyimpan keanehan yang menyebabkan luka yang begitu mengerikan.
Melansir viva, Chris John curhat sesuatu keanehan yang terjadi pada sarung tinju yang digunakan sang lawan untuk melukai pelipisnya. Meski pada akhirnya, Chris John dapat membalas perbuatan tersebut dengan menggagalkan sabuk juara bertahan.
“Jujur, saya kurang puas. Tapi inilah tinju. Dimana kita tidak pernah tahu apa yang terjadi. Dari awal dia bermain kotor. Sempat ada sesuatu yang ganjal di sarung tinjunya. Dia menggunakan kepala untuk membuat kedua luka di pelipis saya,” ungkap The Dragon seusai pertandingan pada 14 April 2013 di Tennis Indoor, Senayan, Jakarta.
Disclaimer:
FanGir adalah perusahaan asal Indonesia yang beroperasi di industri ritel dan merchandise sejak tahun 2019. Menghadirkan beragam layanan dan pengalaman baru menikmati karya dari artis, atlet, hingga profesional dengan produk memorabilia berlisensi resmi. Saat ini FanGir telah menjadi mitra produksi kartu trading card dan jersey bertanda-tangan dari APPI (Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia) dan PT Liga Indonesia Baru (LIB), khusus para pemain, tim, hingga legenda sepakbola nasional.