Tau gak sih, ternyata di era yang canggih masih memiliki kisah pilu dalam pertandingan sepak bola profesional. Tragedi pengaturan skor (match fixing) secara terbuka diperlihatkan oleh tim yang bertanding di Liga Sierra Leone. Sebelumnya kita 'flashback' yang terjadi pada tahun 2002 lalu,tepatnya di Madagaskar, Afrika. Dimana dalam satu pertandingan menciptakan lebih dari 100 gol. Hasil antara kesebelasan AS Adema vs Stade Olympique I’Emyrne (SOE) dalam lanjutan kompetisi utama Liga Madagaskar berakhir 149-0 untuk AS Adema.
Diketahui tragedi skor telak sepak bola tersebut akibat aksi protes terhadap keputusan wasit, padahal tim SOE pada saat itu merupakan sang juara bertahan Liga Madagaskar. Namun, kemenangan bersejarah tersebut telah resmi diakui oleh The Guinness Book of Records.
Bagaimana di balik tragedi skor telak sepak bola baru-baru ini?
Masih dari tanah Afrika terjadi sekitar awal Juli 2022 lalu, Asosiasi Sepak Bola Sierra Leone (SLFA) sedang membentuk tim investigasi setelah diduga terjadinya pengaturan skor antara Kahunla Rangers vs Lumbebu United dan Gulf FC vs Koquima Lebanon. Tim investigasi SLFA akan menyelidiki di balik tragedi skor telak di Liga Sierra Leone.
Diwartakan BBC International, dugaan pengaturan skor terjadi di divisi dua Liga Sierra Leone – Afrika Selatan. Hal itu terjadi setelah dua pertandingan terakhir divisi dua dengan skor yang tak masuk akal. Dan kemungkinan ada skandal pertandingan sepak bola. Tercatat, 187 gol tercipta sepanjang dua pertandingan yang dihelat pada Minggu (4/7).
Baca juga: Bakat dan Talenta Nomor Punggung Sepak Bola
Kedua pertandingan di Liga Sierra Leone terjadi antara Kahunla Rangers menang telak atas Lumbebu United dengan skor 95-0 dan Koquima Lebanon dihancurkan Gulf FC dengan skor 91-1. Dengan begitu Presiden SLFA, Thomas Daddy Brima pun langsung bersikap tegas untuk mengusut tragedi ini. Ia langsung mengirim tim investigasi dalam waktu berdekatan dan siapapun yang bersalah harus dihukum sesuai undang-undang yang berlaku di SLFA sekaligus diserahkan ke komisi anti korupsi negara.
Laporan terbaru menyebutkan, bahwa ada dua klub yang jadi biang keladi atau aktor utama dalam kemenangan besar tersebut, yaitu tim Kahunla Rangers dan Gulf FC. Hal ini bukan tanpa bukti, pasalnya di paruh babak pertama kedua klub mampu unggul dari sang lawan dengan skor cukup masuk akal. Tercatat, Kahunla hanya unggul 2-0 atas Lumbebu, sedangkan Gulf FC tampil cukup ganas sejak babak pertama dengan unggul 7-1 atas Koquima.
Kemudian, tragedi muncul usai jeda turun minum, dimana antar kedua pertandingan tersebut memiliki jumlah gol yang fantastis di luar nalar. Kurang dari 45 menit jalannya babak kedua, masing-masing tim dari Kahunla Rangers mampu menambah 93 gol ke gawang Lumbebu United, sedangkan Gulf FC menjaring 84 gol ke gawang Koquima Lebanon.
Tiket Promosi jadi Indikasi
Sebelum terjadinya tragedi skor telak sepak bola yang terjadi di Liga Sierra Leone, kedua klub tersebut memiliki persaingan untuk memperebutkan tiket promosi ke divisi Premier League. Masing-masing tim diketahui memperoleh poin serupa, sebelum pertandingan mencurigakan ini.
Sehingga dibutuhkan agresivitas gol lebih banyak diantara kedua tim yang bertanding memperoleh tiket ke Premier League (kasta tertinggi Liga Sierra Leone). Dugaan berikutnya muncul ketika pertandingan Kahunla Rangers dan Gulf FC hanya menyisakan satu pertandingan yang tengah dimainkan secara bersamaan.
Konfirmasi dari masing-masing tim
Langsung dari laman resminya, Chief Executive Officer Kahunla, Eric Kaitell, mengutuk skor besar yang diciptakan oleh timnya pada laga terakhir tersebut. Kaitell langsung memberikan laporan serta permintaan maaf atas tragedi skor telak 95-0 yang diraih Kahunla Rangers atas Lumbebu United yang tidak memperlihatkan sportivitas.
“Saya ingin mengawali permintaan maaf ini kepada para penggemar sepak bola di negara dan dunia atas hasil pertandingan dari klub saya Kahunla Rangers,” kata Kaitell.
“Saya ingin menyatakan dengan tegas untuk mengutuk keras perilaku tidak sportif yang ditunjukkan oleh tim saya, dan tim lain yang terlibat,” lanjutnya.
“Saya akan membentuk komite bersama presiden SLFA untuk menyelidiki kasus dari seluruh tim termasuk staf teknis dan anggota eksekutif, sekaligus siapa pun yang ditemukan melakukan tindakan yang salah seperti ini,” tegas Kaitell.
Sedangkan pihak Lumbebu United—lawan dari Kalunha Rangers telah mengkonfirmasi melalui Manajer Umum mereka, Mohamed Jan Saeid Jalloh, menegaskan bahwa tidak ada keterlibatan tim dari hasil pertandingan yang berakhir dramatis tersebut. Jalloh juga merasa frustasi akibat timnya dilibas oleh Kahunla Rangers 95 gol tanpa balas.
“Saya tidak mengetahui adanya manipulasi pertandingan yang sedang berlangsung, tetapi saya juga tidak bisa menjamin orang lain yang terlibat di baliknya. Tim kami kebobolan banyak gol di babak kedua. Saya frustasi atas hal itu dan pada titik tertentu bahkan meninggalkan lapangan dengan emosional,” ujar Jalloh.
Semantara untuk kedua tim perwakilan dari Koquima Lebanon dan Gulf FC memiliki perbedaan dalam konfirmasi setelah pertandingan. Dari hasil yang ditemui, usut punya usut pemilik Koquima Lebanon menyangkal kekalahan 1-91 atas Gulf FC adalah sebuah match fixing. Pria yang tidak ingin disebut identitasnya itu mengaku bahwa laga tersebut hanyalah pertandingan persahabatan saja. Meski pada akhirnya ada laporan bahwa wasit yang bertugas menolak melanjutkan memimpin pertandingan di babak kedua dan harus digantikan.
Dianulir dan Investigasi SLFA
Dalam hasil investigasi keberadaan pengaturan skor atau match fixing antara Kahunla Rangers vs Lumbebu United dan Gulf FC vs Koquima Lebanon SLFA telah terkonfirmasi oleh SLFA. Diketahui Federasi Sepakbola Sierra Leone sudah melakukan investigasi yang terjadi atas hasil luar biasa di laga-laga tersebut. Merujuk pada kejanggalan yang terjadi, hasil akhir dari kedua pertandingan tersebut pun telah dianulir.
“Sesuai dengan peraturan FIFA dan CAF terhadap manipulasi pertandingan atau semacamnya, sehingga SLFA tidak akan ada toleransi terhadap tragedi ini. Masalah tersebut akan terus diselidiki secara menyeluruh, konsisten, dan siapapun yang ditemukan bermasalah akan menghadapi kekuatan hukum penuh,”pernyataan resmi SLFA.
“Kami tidak tinggal diam atas situasi yang memalukan seperti ini untuk menghukum pelakunya,” pungkas Presiden SLFA Thomas Daddy Brima kepada BBC Afrika Selatan.