Timnas Indonesia mungkin kurang percaya diri bila melihat kondisi permainan serta hasil yang diraih selama satu dekade terakhir di kompetisi Asia. Laskar Merah-Putih bukanlah langganan putaran final Piala Asia di turnamen empat tahunan tersebut. Tetapi sejarah mencatat keikutsertaan timnas Indonesia di Piala Asia hanya empat kali sejak 1956, yakni pada gelaran 1996, 2000, 2004, dan 2007. Bahkan momen paling krusial terjadi pada tahun 2007, ketika timnas Indonesia bersama Malaysia, Vietnam, dan Thailand gak perlu berjuang di babak kualifikasi—karena menjadi tuan rumah Piala Asia.
Skuad Garuda terakhir kali merajut asa di putaran final Piala Asia ketika edisi 2004 silam melalui jalur kualifikasi. Selebihnya selalu gagal secara kualitas mulai dari 2011, 2015, dan 2019 (hukuman FIFA). Hal ini pun langsung direspon oleh sebagian netizen, pengamat, dan penggemar sepak bola Tanah Air terkait perjalanan timnas Indonesia di Piala Asia. Apa kita harus berbangga atau bermuram durja? Apalagi target federasi tahun 2022 ini timnas Indonesia mampu lolos ke putaran final setelah satu dekade lebih tidak tampil maksimal. Namun, Asnawi cs masih harus melewati hadangan timnas Kuwait, Jordania, dan Nepal untuk bisa kembali tampil di turnamen tertinggi Asia.
Perjalanan Timnas Indonesia di Piala Asia (1996 – 2007)
Pada edisi pertama timnas Indonesia tahun 1996, penampilan Indonesia cukup mencuri perhatian dunia. Dimana Indonesia menempati grup A bersama Kuwait, Uni Emirat Arab, dan Korea Selatan. Tampil percaya diri di laga pertama melawan Kuwait harus di bayar mahal pada laga berikutnya. Melawan Kuwait, Indonesia sudah unjuk gigi dan sempat unggul 2-0 lewat gol bersejarah Widodo C Putro dan Ronny Wabia. Namun sayang di akhir babak kedua Kuwait mampu menyamakan kedudukan. Di partai kedua Indonesia kembali harus mengalah dengan tim tangguh Korea Selatan 2-4.Kemudian di laga pamungkas penyisihan tim Garuda juga harus takluk oleh tuan rumah Uni Emirat Arab 2-0, sekaligus menutup grup penyisihan dengan posisi juru kunci.
Merajut asa kembali digaungkan skuad Garuda untuk tampil lebih baik dari gelaran sebelumnya. Pada Piala Asia 2000 di Lebanon, Indonesia berada dalam grup B bersama Cina, Kuwait dan Korea Selatan. Di laga pertama yang seharusnya mendapat hasil maksimal bertemu Kuwait harus rela berbagi poin dengan skor 0-0. Nahas, hasil selanjutnya pun kembali diraih dengan kekalahan secara beruntun dan menyakitkan. Melawan Cina, timnas diberondong 4 gol tanpa balas. Sedangkan jumpa Korea, harus berakhir 3 gol tanpa balas. Momen Piala Asia 2000 memang cukup memilukan sebagai juru kunci dengan tidak mencetak satu gol pun. Tapi perjuangan merajut asa tak sampai di sini aja.
Timnas kembali ke Piala Asia dengan skuad terbaiknya pada edisi 2004 di Cina. Ketika itu timnas berada di grup A bersama Cina, Bahrain, dan Qatar. Siklus gebrakan timnas Garuda terjadi di laga pertama jumpa Qatar, kala itu Ponaryo dan Budi Sudarsono menjadi pahlawan kemenangan 2-1 atas Qatar. Euforia yang tinggi menghilangkan akal di pertandingan berikutnya saat bertemu tuan rumah, Cina. Kekalahan telah 5 gol tanpa balas menjadi bukti performa timnas yang kurang konsisten. Hal itu pun menjadi senjata Bahrain di laga penutup untuk menenggelamkan Indonesia 1-3 untuk lolos ke babak berikutnya.
Mencari prestasi timnas Indonesia di Piala Asia memang belum cukup dibuktikan oleh data dilapangan. Terbukti, saat timnas selalu kewalahan menghadapi negara super-power di penyisihan grup maupun kualifikasi. Terakhir kali timnas dapat merajut asa untuk terbang tinggi ketika menjadi tuan rumah 2007 silam. Berada di grup D bersama Bahrain, Arab Saudi, dan Korea Selatan.
Sebagai tuan rumah, persiapan timnas sudah sangat baik, atribut dukungan pun terlihat jelas di jalan-jalan Ibu Kota. Sambutan suporter yang hadir juga menambah dukungan ekstra untuk kita tampil beda dengan tagline “Ini Kandang Kita”. Penampilan Bambang Pamungkas, Ponaryo, dan Elie Aiboy dkk mulai mendapat suntikan moril dengan membawa kemenangan perdana 2-1 atas Bahrain.
Kemenangan dramatis sebagai pembalas dendam di edisi sebelumnya, menjadi tabungan masyarakat untuk mendukung langsung dua laga tersisa. Namun, sayang seribu sayang, tim Garuda yang telah disaksikan lebih dari 88 ribu penonton harus kalah di partai kedua melawan Arab Saudi 1-2. Gol Elie Aiboy tak mampu menyelamatkan timnas dari kekalahan. Padahal dari segi permainan timnas sangat menguasai pertandingan.
Kekalahan melawan Arab Saudi memang sangat disesali, mereka sangat memanfaatkan celah di menit-menit akhir melalui set-piece bola mati—yang hingga saat ini masih menjadi kelemahan timnas. Di laga berikutnya kontra Korea Selatan—menjadi partai hidup mati bagi skuad Garuda melangkah ke perempat final. Korea Selatan yang saat itu memiliki skuad yang sangat menakutkan pun berhasil mencuri gol dan kemenangan 0-1. Dengan kekalahan tersebut timnas harus puas tersingkir ke babak selanjutnya.
Merajut Asa Kembali ke Piala Asia
Setelah 15 tahun tanpa sekalipun berada di turnamen tertinggi se-Asia tersebut, asa itu kembali setelah memastikan langkah lolos fase kualifikasi Piala Asia 2023. Skuad Garuda terakhir kali tampil di kualifikasi pada 2015 lalu. Pasukan Shin Tae-Yong berhasil memastikan langkah itu setelah menundukan Taiwan pada babak playoff yang digelar dua leg dengan agregat 5-1.
Sesuai jadwal, pada babak kualifikasi timnas Indonesia akan bertemu dengan tuan rumah Kuwait, Yordania dan Nepal di grup A.
Asa itu masih ada?
Melihat rekor pertemuan timnas Indonesia dengan ketiga tim hasil drawing memang tidak menyenangkan. Tetapi, sejak kedatangan pelatih asal Korea Selatan, Shin Tae-Yong, publik tetap memotivasi kemajuan yang diberikan pelatih tangan dingin tersebut. Marc Klok dkk akan menjalani kualifikasi dengan beberapa skenario ciamik yang dapat diketahui untuk lolos ke putaran final Piala Asia 2023.
Menentukan tim yang lolos ke Piala Asia adalah 11 slot yang tersisa dari babak ketiga kualifikasi Piala Asia 2023. Nantinya dari 24 kontestan yang terbagi dalam enam grup ini akan memperebutkan 11 tiket yang tersisa pada putaran final termasuk Indonesia. Skenario yang dilakukan AFC adalah 6 juara grup dan 5 runner up terbaik untuk menemani 13 kontestan lainnya yang sudah lolos ke putaran final Piala Asia 2023.
Menurut perhitungan, dengan kemampuan yang dimiliki timnas Indonesia minimal menempati posisi tiga dari enam runner-up. Bila kondisi ini bertahan sampai akhir (minimal tidak kalah), di lain grup terdapat runner up yang sempat meraih kekalahan minimal satu pertandingan akan gagal lolos ke Piala Asia 2023.
Meski begitu, hal optimis disampaikan langsung oleh pelatih STY untuk menargetkan juara grup A demi bersaing di kompetisi sesungguhnya lolos ke Piala Asia 2023. Bahkan, kepercayaan diri Shin juga berlandaskan pada performa tim yang kompak, cerdas, dan efektif, ditambah mobilitas pemain naturalisasi yang dapat bermain bersama di putaran final Piala Asia 2023 akan menjadi satu permainan kolektif dengan sentuhan magis STY bisa bicara banyak di pentas tertinggi Asia tersebut. Kita tunggu saja! #AyoGarudaBisa