Piala Presiden

Fakta Menarik di Balik Popularitas Piala Presiden

Popularitas Piala Presiden sebagai turnamen pramusim menjadi ajang pemanasan bergengsi sebelum menjalani kompetisi BRI Liga 1 Indonesia. Bergulirnya Piala Presiden tahun 2022 ini, senantiasa mengiringi perjalanan 18 tim dari Liga 1 sebagai tempat untuk analisa strategi, komposisi pemain hingga uji coba pemain anyar. Ajang yang berjalan pada bursa transfer ini juga penting, mengingat jam terbang pra musim memang dibutuhkan untuk kondisi para pemain di masa kenormalan baru.

Deretan fakta menarik di balik popularitas Piala Presiden yang sudah dihelat sejak 2015, menjadi bukti perjalanan turnamen pra musim sangat dibutuhkan. Sejak kehadiran Piala Presiden telah menelurkan juara-juara baru sekaligus mengorbitkan pemain muda, sehingga Piala Presiden kini menjadi bagian penting kontestan yang berpartisipasi.

FanGir memiliki fakta menarik dibalik popularitas Piala Presiden. Simak ulasannya.

Ironi Semifinalis Piala Presiden 2017

Piala Presiden 2017 digelar sebagai pemanasan sebelum Liga 1. 20 tim diantaranya merupakan tim dari kompetisi Liga 1 dengan tambahan PSS Sleman dan PSCS Cilacap dari Liga 2. Dari perjalanan turnamen tersebut, awalnya mulai ada gambaran peta persaingan juara di kompetisi Liga 1. Dimana sang juara Piala Presiden, Arema FC mampu mengandaskan perjuangan Pesut Etam, Borneo FC di partai final. Sedangkan Persib Bandung yang menjadi juara bertahan harus puas berada di posisi ketiga, disusul Semen Padang di peringkat empat.

Keempat semifinalis tersebut prediksi muncul bahwa persaingan tim-tim tersebut akan berjalan dramatis untuk merajai posisi teratas di Liga 1 Indonesia 2017. Namun, saat kompetisi bergulir sampai paruh musim, empat tim tersebut belum mampu berbicara banyak. Ironinya, semifinalis Piala Presiden 2017 bahkan tak muncul di posisi lima besar klasemen sementara.

Faktanya, empat kesebelasan berkutat di papan tengah klasemen. Diantaranya Arema FC posisi ke tujuh, Borneo FC posisi sembilan, Persib Bandung posisi 10, bahkan Semen Padang berada di posisi 15 (satu strip di bawah zona degradasi). Sangat mengejutkan melihat hasil akhir yang dialami keempat semifinalis Piala Presiden 2017 berada di posisi yang jauh dari harapan. Apalagi untuk Persib Bandung dan Semen Padang yang mampu mendatangkan pemain terbaik dunia, Michael Essien, Carlton Cole dan Didier Zokora.

Piala Indonesia dan Piala Presiden Beda Nasib

Terjadi pada tahun 2019 lalu jelang turnamen pra musim Piala Presiden, terdapat hak klub yang belum dipenuhi federasi soal pembayaran match fee Piala Indonesia.

Berdasarkan kesepakatan turnamen awal Piala Indonesia, match fee untuk babak 128 besar dan 64 besar adalah Rp 100 juta dan Rp 125 juta—yang dibagi 60 persen untuk tim kandang dan 40 persen tim tandang. Asumsi yang digunakan adalah single match untuk babak tersebut. Total dana yang dikeluarkan federasi untuk 128 besar adalah Rp 6,4 miliar, sementara babak 64 besar mencapai Rp 4 miliar.

Sedangkan untuk babak 32 besar yang menggunakan format home-away, setiap klub mendapatkan match fee Rp 150 juta. Setiap klub yang melangkah ke babak 32 besar artinya PSSI perlu mengeluarkan dana ke klub-klub tersebut sekitar Rp 4,8 miliar.

Sementara untuk babak 16 besar menyentuh angka Rp 200 juta/klub. Dan di akhir pembagian match fee semifinal dan final mendapatkan masing-masing Rp 3 miliar (juara), Rp 2 miliar (runner-up), Rp 1 miliar (juara 3), dan Rp 500 juta (juara 4).

Salah satu alasan federasi mendapatkan tagihan sebesar itu terhadap klub yang mengikuti turnamen adalah pendanaan tanpa sponsor di Piala Indonesia. Sedangkan, Piala Presiden memiliki kelebihan sponsor-sponsor utama yang mendukung kompensasi, hak siar, dan match fee. Dengan demikian, kesulitan finansial yang terjadi dalam pembayaran match fee Piala Indonesia tak pernah terulang dalam Piala Presiden.

Trofi Kayu Piala Presiden

Sebuah trofi merupakan ikon dalam kompetisi sepak bola sebagai hadiah kepada sang juara. Biasanya trofi terbuat dari lapisan emas, perak, alumunium atau perunggu. Tapi ada yang menarik dengan trofi yang terbuat kayu Piala Presiden ini. Nampaknya para penggemar sepak bola nasional harus berterima kasih kepada seniman asal Bali, Ida Bagus Lasem—pembuat trofi kayu Piala Presiden 2015.

Berbeda dengan jenis bahan trofi lain, bahan dasar trofi Piala Presiden benar-benar terbuat dari kayu jati asal Bojonegoro yang di kerik oleh Ida Bagus Lasem. Pemahat asal Gianyar ini terpilih oleh Dinas Kebudayaan Bali untuk pengerjaan trofi Piala Presiden. Pernah mengalami kesulitan dalam model pengerjaan membutuhkan waktu satu bulan, serta tiga hari untuk menemukan desain yang tepat.

Pada Piala Presiden 2019, ada bentuk bola yang dilambangkan sebagai kebulatan tekad demi menyatukan perpecahan di sepak bola nasional.

Mari kita bantu jaga dan lestarikan apa yang menjadi tradisi budaya Indonesia melalui sepak bola. Piala Presiden terus melahirkan bakat-bakat terbaik dalam negeri yang dapat memaksimalkan potensi di masa mendatang. Kehadiran Piala Presiden dapat bersanding dengan kompetisi sepak bola dunia yang memiliki turnamen pra musim yang baik untuk seluruh aspek sepak bola.

Jangan lupa beli produk resmi BRI Liga 1 Indonesia hanya di www.fangir.com

Back to blog