Bicara fakta sepak bola Indonesia di kompetisi Asia memang bukan perkara yang spesial di mata dunia. Namun, segala upaya harus dimulai dari federasi PSSI untuk memajukan sepak bola dari kompetisi, pemain binaan, training center, hingga stadion berlisensi minimal AFC. Harapan ini selalu muncul di benak penggemar seluruh masyarakat di Indonesia yang ingin menyaksikan klub kesayangan mereka bisa bersinar di kompetisi Asia. Salah duanya adalah Piala AFC dan Liga Champions Asia.
Musim 2021/2022 dari kompetisi Liga 1 Indonesia diproyeksikan akan diikuti tiga klub yang mewakili Tanah Air di ajang Liga Champions Asia dan Piala AFC 2023. Adapun ketiga tim itu merupakan tiga klub teratas klasemen akhir Liga 1 dan memiliki lisensi klub profesional AFC. Pada 2021, baru ada sembilan klub Liga 1 Indonesia yang mendapatkan lisensi yakni Arema FC, Bhayangkara FC, Borneo FC, Madura United, Persib Bandung, Bali United, Persija, Persebaya dan PSM Makassar.
Tahukah kamu? Prestasi terbaik klub Indonesia di Piala AFC adalah menjadi semifinalis yang ditorehkan Persipura Jayapura pada 2014 lalu.
Sebelum kasus dualisme terjadi (sekitar 2013-2015) atau melihat kebelakang sekitar era 2000-an, klub-klub di Indonesia selalu tampil di kompetisi Liga Champions Asia dengan lolos langsung untuk juara liga.
Mereka adalah Persik Kediri (2004 dan 2007 Liga Champions Asia), PSM Makassar (2004 dan 2005 Liga Champions Asia), Arema (2007 dan 2011 Liga Champions Asia), Persebaya (2005 Liga Champions Asia), Sriwijaya (2009 Liga Champions Asia), dan Persipura (2010 Liga Champions Asia).
Sedangkan untuk tim yang berlaga di kompetisi Piala AFC sejak 2009, PSMS Medan menjadi klub pertama mewakili Indonesia, dan Persipura menjadi tim dengan prestasi terbaik. Tim berjuluk Mutiar Hitam pada 2014 lalu, berhasil membuat sejarah baru di kompetisi Asia sebagai klub Indonesia yang lolos hingga semifinal.
Keikutsertaan Sejak 50 Tahun Lalu
Diketahui keikutsertaan klub-klub asal Indonesia pada kejuaraan tertinggi antarklub Asia sejak pertama kali berpartisipasi pada 1970. Saat itu gelaran bergengsi kompetisi Asia adalah Liga Champions Asia, berarti usianya sudah menginjak 52 tahun. Dari banyaknya peserta, rupanya hanya tiga klub yang mampu menghasilkan prestasi empat besar. Mereka adalah PSMS Medan (1970), Krama Yudha Tiga Berlian (1985-1986), dan Pelita Jaya (1990-1991). Sayangnya saat itu format kompetisi di Indonesia masih menggunakan sistem Liga Galatama.
PSMS Medan jadi tim wakil pertama Indonesia yang mengikuti kejuaraan Asian Club Championship 1970 di Teheran, Iran. Sementara itu, Krama Yudha Tiga Berlian—klub sepak bola yang dimiliki oleh PT. Krama Yudha Tiga Berlian Motors, sebuah perusahaan distribusi kendaraan Mitsubishi, menjadi klub pertama yang berhasil menempati posisi ketiga pada ajang tersebut. Prestasi tersebut kembali terulang ketika Pelita Jaya berhasil menaklukan April 25 (Korea Utara) dalam perebutan tempat ketiga melalui babak penalti.
Dari ketiga klub di atas terlihat mentalitas dan teknik para pemain tak begitu jauh tertinggal dengan klub Asia Timur dan Asia Selatan. Namun memasuki era 2000-an di saat kekuatan telah merata di hampir negara Asia membuat klub Indonesia semakin sulit menembus empat besar. Mungkin kurangnya perhatian dari semua pihak termasuk federasi dan manajemen klub membuat kompetisi lokal sulit berkembang pesat.
Sepanjang Asian Club Championship (1970-2002) dan AFC Champions League (2003-2020), tercatat 17 klub Indonesia pernah ikut serta di kompetisi tertinggi tersebut. Statistik menilai, total dari 137 laga yang dijalani 17 klub tersebut dalam 50 tahun, telah menciptakan 38 kemenangan, 18 seri dan 81 kekalahan dengan selisih 163 gol-313 kemasukkan.
Sulit Bersaing di Liga Champions Asia
Sebelumnya FanGir telah membahas kalo PSMS adalah klub pertama di Indonesia yang mengikuti kompetisi debut Asian Club Championship—Liga Champions Asia. Kali ini adalah terakhir kali klub berada di kompetisi tertinggi di Asia tersebut dan sangat sulit bersaing sampai musim 2021/2022. Pada 2009. Sejak saat itu Indonesia tidakbisa mengirim dua wakil untuk lolos langsung. Dimana hanya juara liga yang mendapat tiket, dan jatah satu wakilnya harus mengikuti jalur play-off.
Kemudian 2012-2020, sistem regulasi AFC kali ini lebih mempersulit peluang klub Indonesia yang harus mengikuti play-off dan satu slot lolos Piala AFC. Bahkan, jalur play-off pun dilalui sangat panjang dengan jadwal liga yang padat. Terlihat jelas ketika perjuangan Bali United pada 2018 yang harus melalui tiga pertandingan untuk bisa tampil di fase grup. Ketika itu juga Bali harus tersingkir di babak kualifikasi kedua sehingga gagal di Liga Champions Asia.
Melihat kembali ke belakang atau sembilan musim terakhir memang sudah tak ada lagi klub Indonesia yang mampu menembus aturan tersebut untuk berlaga di kejuaraan tertinggi Asia. Faktanya, klub Indonesia hanya bisa tampil di kasta kedua Piala AFC.
Tiga Wakil di 2023
Melalui media sosial resmi PSSI, Selasa (11/1), menyatakan bahwa akan ada tiga klub Liga Indonesia yang menjadi wakil di ajang Liga Champions Asia dan Piala AFC 2023. Nantinya, akan ada satu klub yang berlaga di Liga Champions Asia 2023, tetapi dimulai dari jalur play-off regional timur. Lebih baik untuk melangkahi satu tim dari pada tiga sekaligus, bukan? Kita tunggu saja.
Sementara dua klub lain dapat berkompetisi di Piala AFC 2023, dengan salah satunya langsung masuk fase grup sementara dua lain wajib melewati babak play-off. Posisi ketiga tim tersebut yang menempati tiga teratas klasemen akhir Liga 1 Indonesia musim 2021/2022. Ada juga tambahan dari pihak AFC yang mewajibkan ketiga tim tersebut harus memiliki lisensi klub profesional AFC, ya.
Saat ini peta persaingan tiga besar klub Indonesia tengah diperebutkan oleh beberapa tim hebat dengan lisensi resmi AFC. Mereka adalah Bali United, Persib Bandung, Persebaya, Bhayangkara FC, dan Arema FC. Semakin kompetitif-nya klub yang bertanding membuat Liga Indonesia semakin memiliki asa kembali ke tempat teratas di Asia. Jadi, kita tunggu saja jawara BRI Liga 1 musim 2021/2022 akankah bisa melanjutkan top performa puluhan tahun lalu? Semoga saja.